Selasa, 17 Juni 2008

SEKOLAH ITU NGGAK PENTING KOK,,,

Kita ke sekolah untuk belajar kan? Bukan buat yang lain-lain?

1. Sabda Rasulullah; Belajar adalah mulai dari kita lahir hingga kita mati, yang berarti kalo itu kita menanti kelulusan, sama aja kita sedang menanti kematian

2. Sekolah Itu Candu, yang artinya kalo udah lulus kita pengennya sekolah
lagi
dan lagi. Semisal kita dapet sekolah favorit, selanjutnya kita pengen yang lebih favorit dan lebih favorit lagi, yang pada akhirnya memaksa kita untuk terhipnotis kepada ‘nama sekolah favorit’. Lama-lama kita terjebak bahwa kalo kita udah dikirim ke luar negri itu artinya kita pinter dan dihargai. Sebaliknya, menurutku hal semacam itu adalah sebuah bentuk pengusiran secara halus. Semakin kita rangking satu, semakin kita meninggalkan kampung halaman tercinta.

3. Sekolah favorit itu tidak profesional, yang berarti hanya mau menerima siswa yang sudah terbukti bernilai tinggi secara rapor. Itu sama halnya mereka telah menunjukkan jati diri yang pengecut dan penakut. Karna mereka hanya berani menerima tawanan yang secara otak kiri sudah matang. Mereka takut belajar dengan orang-orang bodoh. Lalu, apa gunanya menerima orang-orang yang sudah ‘dianggap pintar’. Pantaskah itu disebut sekolah favorit?

4. Belajar itu harus sesuai dengan kebutuhan dan belajar itu adalah sistem memecahkan masalah. Belajar yang tidak sesuai dengan kebutuhan berarti hanya basa basi dan buang-buang waktu belaka. Mengerjakan sesuatu yang tidak jelas manfaatnya, tentu akan berdampak tidak baik. Dan fenomena berhentinya belajar gara-gara bencana alam atau ketiadaannya gedung tinggi berarti tidak memenuhi devinisi bahwa belajar adalah untuk memecahkan suatu masalah. Padahal belajar adalah memecahkan masalah, yang berarti kita harus terus belajar dalam kondisi segawat apa pun.

5. Belajar itu wajib dan berlaku bagi si miskin dan si kaya. Menjadi sangat memprihatinkan bila yang dimaksud kewajiban belajar adalah segala macam kegiatan yang ada di sekolah dan serba memakan biaya mahal. Kasian yang miskin. Kalo udah kek gini, apakah yang miskin jadi dosa karna tidak belajar? Tentu saja enggak. Karna makna belajar tidaklah sesempit itu.

6. Sekolah mengajarkan kita untuk selalu memusuhi teman. Ini sangat jelas terlihat. Kita dididik untuk selalu bersaing dan sekolah berhasil membuat pola pikir anak-anak bangsa menjadi selalu ingin menang bagai penjajah. Kita selalu pengen nomor satu dan jadi juara, yang artinya kita menganggap semua yang ada di kelas, selain kita adalah musuh. Bullshit dengan kata-kata persaingan sehat. Persaingan itu tidak ada yang sehat. Yang sehat adalah dimana kita yang masing-masing sudah dikaruniai kelebihan sama Allah ini bisa saling berbagi kelebihan dan belajar satu dengan yang lain. Ajaran agama yang satu ini bertujuan untuk menjauhkan kita dari permusuhan dan menyadarkan kita bahwa sesungguhnya tidak ada manusia pintar dan bodoh, karna sesungguhnya semua itu datang dari Allah dan kepintaran hanya milikNya.

7. Di sekolah kita hanya mendapatkan ilmu secara terbatas atau limited edition. Kita dikenalkan dengan sebuah benda yang bernama BUKU PAKET atau BUKU PELAJARAN. Pengenalan yang pada akhirnya mengajarkan kepada kita bahwa selain benda di atas, bukanlah buku pelajaran. IRONIS!
Kita satu kelas dipaksa beli setiap tahun. Padahal kalo boleh mengamati, setiap tahun bahasanya hampir sama dan cuman beda kovernya aja. Menyedihkan,,, hiks hiks,,,
Belum gitu, waktu belajarnya ditentuin bel lagi. Guru datang dan pulang mesti sesuai bel. dan anehnya-menurut pengalaman pribadi-, aku pernah nanya suatu hal ke guru dan guru itu bilang;
"Udahlah, pertanyaanmu itu nggak penting untuk kujawab. Nggak bakalan keluar di ujian kok!"
WHAT???!!! Segitu terbataskah ilmu yang kita dapat di dalam kelas, atau lebih tepatnya di dalam sebuah kerangkeng penjara atas nama KELAS? Oh... NOooooo!!!!!!!!!!!

8. Sekolah menakuti-nakuti dengan sebuah ajang kelulusan. Padahal sebenarnya kalimat lulus atau tidak lulus sekolah itu masih lebih pantas jika diganti dengan kata beruntung dan tidak beruntung. Keadaan pendidikan kita sudah semacam lotre. Aku yakin, pihak birokrat sebenernya udah tau bahwa sistem beginian salah besar. Tapi karna mereka semua butuh duit, ya udah de…. Sikaaaaaattttt!!!

9. Soal-soal di ujian cuman berkisar antara 40-60 soal. Padahal kamu semua tau kan, kalo persoalan di dunia ini milyaran, bukan cuman yang muncul di kertas ujian yang bisa dibikin bungkus kacang itu. Menyedihkannya lagi, kalo kita udah langsung dianggap goblok hanya gara-gara tidak bisa mengerjakan soal-soal yang hanya secuil itu, padahal sebaliknya, kita mungkin bisa menjawab jutaan persoalan daripada yang hanya ada di dalam materi ujian itu. Sungguh, makna siswa pintar ternyata sangat sempit, sesempit gudang tikus di mata negri ini.

10. Sekolah ujung-ujungnya cuman ijasah, yang artinya generasi kita dididik untuk tidak mandiri. Mereka menjadi terbiasa bergantung kepada orang. Padahal menurutku sebenarnya mencari ijasah itu sama aja mencari majikan. Padahal,,, taukah kamu? Para pemilik lembaga bimbingan belajar itu juga pada nggak punya ijasah dan nggak ngedukung adanya ijasah untuk kepentingan pribadi. Sadarkah kalian jika kita sebenarnya sedang menjadi korban pembeli dalam sistem perdagangan yang dikasih judul, PENDIDIKAN?
Aku yakin, selama masih ketergantungan sama ijasah, sampai kiamat pun, generasi di bangsa ini nggak akan pernah jadi generasi yang mandiri dan itu artinya kita akan terus ngemis-ngemis kepada negara lain selamanya. HIks,,, sedih. Padahal kan, selembar daun pisang aja diluar negri dibeli seharga 60.000 rupiah Indonesia.

Sebenernya masih banyak banget yang pengen aku bahas tentang begitu tidak pentingnya sekolah. Tapi ini dulu aja kali ya. Kalian semua boleh nanya atau nanggepin hal-hal yang kurang jelas. Sekali lagi, nggak ada kamus anak pintar dan bodoh dalam hidupku. Masing-masing dari kita udah kejatahan potensi. Sekarang giliran kitanya yang mau saling berbagi apa enggak.
Penjelasan bahwa setiap manusia tidak ada yang lebih pintar mungkin bisa kamu buka pada surat Kahfi yang menceritakan tentang nabi Musa dan nabi Khidir yang masing-masing dari keduanya sudah dikasih kelebihan sendiri-sendiri dari Allah SWT, dan keduanya mau saling belajar satu dengan yang lain.

Catatan kecil; sejarah adanya sekolah itu berasal dari Yunani, yang arti harfiahnya waktu luang. Metode yang terjadi adalah dimana anak belajar dengan lingkungan keluarganya sendiri. Kemudian berkembang terus hingga terciptalah metode yang begitu dinamis sampe seperti yang terjadi di negri barat hingga kini. Mereka menyebutnya dengan sekolah regular atau sekolah formal.

Sekarang yang pantas dipertanyakan; Pantaskah sistem formal yang hingga saat ini masih eksis di negara-negara maju itu diterapkan di negara kita yang sebenarnya kaya tapi miskin?

3 komentar:

budi maryono mengatakan...

Sekolah alias waktu luang itu penting... untuk belajar. Hehehe!

azamzamy mengatakan...

Semua kembali pada individu masing-masing dalam menjalani, entah belajar karena keinginan pribadi, lingkungan, ortu atau teman, kembali pada niat,,, Niat menghilangkan kebodohan atau berniat menambah kebodohan seperti halnya menginginkan ijazah. Jika kita di didik untuk saling bersaing itu bagus,, kapan potensi akan keluar jika tanpa adanya stimulus dari lingkungan??, kapan kemampuan akan terasah jika tidak ada tantangan?? apapun respon yang muncul dari setiap individu bisa berbeda terhadap stimulus. Dalam hal ini sekolah sebagai pemberi stimulus kepada siswa mempunyai tanggung jawab besar. Tanggung jawab yang sebenarnya dipikul bersama bukan perseorangan dan bukan bersifat kelembagaan saja, orang tua, teman, lingkungan juga berperan. Kalau kita selalu memandang rendah sistem pendidikan atau pun pengajarnya mau dibawa kemana proses belajar mengajar. Benar,,, memang ada sebagian pengajar yang sebenarnya tidak kompeten di bidangnya, tapi itu tidak semua koq,,janganlah kita mengeneralisir keadaan dan memandang rendah situasi yang ada. Ya memang belajar tidak harus di sekolah, dirumah pun jadi kalau kita mau. Tapi alangkah baiknya jika kita belajar dengan pola pendidikan yang sudah tersistem,,, pemerintah kita memang kacau tapi janganlah menambah kekacauan. Mereka para pejabat juga tahu hukum,,,jika pun hukum manusia tidak membuat mereka jera biarlah,,,!!! semua tahu dunia bukan milik kita, suatu hari nanti hukum yang lebih berat akan datang bagi orang2 yang dholim,,,orang2 yang laknat,,,orang2 yang memakan daging saudaranya sendiri
Keadaan selalu mengantarkan kita untuk mencaci para penguasa, karena dirumitkan dengan kadaan, tapi janganlah keadaan yang rumit di negara ini kita tambah dengan kerumitan pula., alangkah baiknya jika kita mengisi kerumitan ini dengan ide kreatif. Memang sekarang banyak orang yang sudah tidak waras,,, tapi Mb Maia juga harus ingat,,!! bahwa itu tidak semua,,,
situasi dan kondisi di setiap daerah berbeda-beda dan memang membingungkan. Formal atau tidak pendidikan tetap penting, jika pun yang formal tidak bisa memberikan kepuasan belum tentu itu salah sistem pendidikan bisa jadi orangnya atau sebaliknya sistemnya atau bahkan keduanya,,,
kita lihat positifnya aja,,, dari semua yang ada, semua punya kelemahan dan juga sebalikya kelebihan,,,harusnya keduanya ada saling mengisi, bukannya saling mencaci.

Na Indana mengatakan...

Ketika maia menuliskan pinter bodoh gak penting, dan kita udah kejatahan potensi di bidang masing masing.
Hm, setuju!!!
tapi,
kita msih buta tanpa guru. kalo saya boleh tanya, mang maia sejak kapan sih lebih milih untuk ga sekolah di regular.
siapakah yang mbuka mata maia untuk milih ini itu?
bukankah mereka itu juga guru guru maia yg maia rasakan di bangku2 kayu reyot???

misinya kurang cocok dengan
bodoh pinter gak penting, dan kita udah kejatahan potensi di bidang masing masing.
jelas di situ ada unsur jangansekolahisasi...

hehe,
terimakasih atas percikan merconnya untuk pemikiran ini..