Senin, 24 Maret 2008

Jadwal gua


Entah sedang musim apa, Bima sama Eross tiba-tiba aja udah ada di kiri kanan gua dan mandangin dengan tatapan yang nikung. Eross tajam dan Bima memelas.
"May, latihan nggak ne?" Eross pasang tampang yang biar gua takut.
"Mbak May... ayo latihaannn..." Bima sebaliknya. Dia merengek bagai bayi yang haus susu ibunya.
"Waduh, tapi aku lagi kere, je," kataku
"Aku juga, tapi nanti Jum'at aku ganti kok. Sekarang pake duitnya mbak May dulu..."
"Aduh Bim... aku beneran nggak punya. Serumah beberapa hari ini lagi puasa semua..."
Kita betiga akhirnya bingung. Apalagi sang frontman alias Pleci yang entah kenapa, semakin hari semakin kontroversial itu lagi nggak ngeh.
"Ci, piye?" kataku minta pertolongan.
Dengan mata merahnya, dia mengeluh pelan. "Aku juga lagi bokek. Aku nggak latihan hari ini..."
"Ada masalah lo?" selidikku.
Pleci menggeleng sok dramatis, atau entah dramatis beneran.
"Eh, lo kalo ada masalah pribadi bilang donk, jangan angkutpautin sama jadwal band kita..."
See... liat aja tuh. Dua mata Pleci udah siap mau ngelabrak gua dengan mata jagonya, andai aja gua gak cepet2 kasih nada candaan.
"Ampun Ci... canda doank."
Pleci pun senyum.
Dan gua bingung sekarang. Eross sama Bima makin ngebuntut gua aja, udah bagai anak ayam dengan induknya.
"Ya udah, kita pinjem Ichink dulu. Oke?"
Ichink yang nongol dari pintu, meringis aja. Dia juga heran kenapa hari ini Si Bima sama Eross jadi kayak ibu2 nyidam mangga muda.
"Kenapa to, kok pada semangat banget...."
"Shhht..." desisiku pelan, supaya ngejaga perasaan dua anak yang masih labil itu.
"Pake duit lo dulu, Cing. Jum'at kalo bokap gua ngirim, gua ganti."
"Sip."
Tapi ke studionya?
Pertanyaan ini yang cukup pelik. Gara2 Si Pleci lagi nggak pengen dan motornya juga dibawa sang emak ke pasar, kita berempat sekarang cuman ada satu motor, sedang gua sendiri make rok. Oema...
"Jalan aja gua jabanin," kata Bima bikin gua jadi sok pengen nangis.
"Aduh... gimana yah..."
Akhirnya, datanglah angel dengan senyum yang bikin dua matanya merem. Cewek agak ndut itu namanya Ulpah. Nggak jauh endutnyalah sama gua.
"Heh, sini lo bantuin gua," kata gua kepada orang yang seakan2 udah kayak asisten gua itu.
"Apa sayaaang..."
"Nih, liat nih. Anak2 gua nih. Pada nelangsa semua. Mau latihan nggak ada kendaraan..."
"Uhhh.... cup cup sayang. Ganteng2 kok pada loyo gitu yahhh..." katanya sambil tawa2 girang. Bikin Eross dan Bima yang nggak pernah ngedapaetin orang seaneh itu jadi harus ketawa lucu.
"Tadi usahanya udah sampe mana?"
"Udah sampe pak Din" kataku cekat. "Aku sampe udah beraniin minjem mobilnya pak Din yang lagi ditutup gitu..." kata gua nunjuk mobilnya sang headmaster.
"Truss..."
"Ya boleh. Asal kalo nggak Hilmiy, Zulfi yang di belakang setir."
"Trus..."
"Ya kalo bisa, mbak Ulfah as asisten yang baik mesti usaha ngomongin hal pelik ini ke Zulfi."
"Siap!"
Ulfah, meluncur ke rumah mbah Lam. Bolak balik bawa jawaban dari berapa orang yang mau cabut sampe masalah bensin. Kita jawab seadanya. dan endingnya Zulfi cuman mo bilang.
"Kapan2 aja y?"
Lemes deh ini lutut. Anak2 gua lagi pada bergairah gitu.
"Eh, lo ada duit 3000?" kata Ulfah tiba2.
"Kenapa?"
"Aku ada 2000, kita beliin Si Ichink bensin dan nanti berangkatnya lansir..."
Jadilah, gara2 Si Angel Ulfah latihan terlaksana lumayan nggak baik. Kenapa gua bilang nggak baik, karna ngedadak belom kelar satu lagu, kaki Bima udah kram duluan.
"Ya Ampun, Bim......."
Selang beberapa waktu, Eross yang pada waktu dateng udah sok ngerok banget, tapi akhir lagu2 akhir, gua liat dia udah terkulai. Dipeluknya bass itu. Sambil mengiringi lagu yang gua nyanyiin, Eross tertidur dengan hebatnya.
Gua bilang hebat, karna dia bisa maen sambil ngorok... hakhakhak...
dan Ichink... ohh anak itu kayaknya lempeng aja. Mau maen ayok, mau bubar okeh?

fffhhhh....

Tidak ada komentar: