Minggu, 16 Maret 2008

Sajak Orang Gila

Menangisnya adalah a'raf pada tangga tujuh belas
Tertawanya pertanda syukur begitu agungnya sebuah dzat
Dan pada sebuh malam
ketika petri terbahak
dua kaki runtuhnya meremukkan jalanana
di depan rumahku, dia seorang tua wanita
yang dengan logat medhoknya, menjelaskan pada ibuku bahwa dia orang Jakarta
Jadwalnya dari shubuh hingga rembang
Dari rumah-rumah kumuh hingga kuburan
Tertawa atas segala kemusyrikan yang tidur nyenyak di atas bumi
Yang sebentar lagi pasti akan terkubur
Melongsorkan debu basah dan kering
Segala sandiwara yang dia saksikan
di dalam kafe tua, di kedai kopi, di sebuah kamar apartemen, di tempat pelacuran, di ruang direktur perusahaan, di studio musik, di sebuah ruang rapat, di segala elemen yang menggariskan sketsanya tentang begitu hinanya dunia

Tentang segala tanda-tanda bahwa mereka yang terlalu cinta dunia
Begitu takut dengan mati

Maka Izrail, biar aku mengambang
Di antara taman eden dan tebing neraka
Sampaikan salamku pada kekasih yang paling agung
Aku mencintainya
Aku mendambanya
Dengan segala tangannya yang selama ini telah mendekapku
setiap siang dan malam

Olehnya aku percaya,,,
Suatu hari akan segera terjawab dan tercatat
Siapa yang sebenarnya gila,,,
Dan pintu A'raf akan membuka pada segala yang jelas
Bukan yang tidak mengetahui

Tidak ada komentar: